Keutamaan malam Nuzulul Quran dan amalan yang dianjurkan
Keutamaan malam Nuzulul Quran dan amalan yang dianjurkan : Ramadhan merupakan Bulan Suci yang memiliki berbagai keistimewaan. Ada banyak peristiwa-peristiwa bersejarah dalam Islam yang bertepatan dengan bulan Ramadhan. Salah satunya adalah peristiwa turunnya Alquran atau Nuzulul Quran.
Sejarahnya pun telah banyak dijelaskan dalam Alquran maupun hadits. Tepat pada 17 Ramadhan, Rasulullah sedang berada di Gua Hira. Ketika sedang bertafakur, malaikat Jibril datang dan menyampaikan wahyu dari Allah SWT.
Wahyu yang pertama turun adalah surat Al Alaq ayat 1-5. Karena itulah, malam Nuzulul Quran diperingati setiap 17 Ramadhan.
Di Indonesia, malam Nuzulul Quran sering menjadi momentum besar untuk menggelar pengajian, tabligh akbar, dan kegiatan-kegiatan Islami lainnya. Sebab ada banyak keutamaan malam Nuzulul Quran dan berbagai amalan-amalan yang disunahkan.
Amalan Dan Doa Malam Nuzulul Quran yang Jatuh Pada 17 Ramadhan 1441 Hijriah”, disebutkan bahwa Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Artinya:
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadr 1-5)
Malam Nuzulul Quran di bulan Ramadhan ditandai melalui firman Allah subhanallahu wa ta’ala:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. البقرة
Artinya:
“Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS Al-Baqarah: 185)
Bacaan Doa Nuzulul Quran
Berikut Doa Nuzulul Quran yang jatuh pada 17 Ramadhan:
Allahummagfir Lii Wa Liwaalidayya Arhamhumaa Kamaa Robbayaani Shoghiiroo.
Artinya: Ya Allah! Ampunilah aku dan kedua orangtuaku dan kasihanilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku semenjak kecil.
Doa lainnya saat malam Nuzulul Quran yakni:
Allahumma Innaka ‘aufuwwun Tuhibbul ‘Afwa fa’fu’anni.
Artinya: Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku.
Amalan Malam Nuzulul Quran
Pada malam Nuzulul Quran, seluruh umat muslim berlomba-lomba untuk memperbanyak amalan dengan membaca Al Quran, agar mendapatkan pahala dan kemuliaan yang berlimpah. Bukan hanya membaca Al Quran saja, umat muslim juga bisa melakukan berbagai amalan di malam Nuzulul Quran.
Dalam buku Amalan di Bulan Ramadhan, Mardiyah disebutkan bahwa ada beberapa amalan yang bisa dilakukan dalam mengisi malam Nuzulul Qur’an di antaranya adalah sebagai berikut ini:
- Itikaf, yaitu amalan yang bisa dilakukan saat malam Nuzulul Quran dengan cara berdiam diri di masjid, membaca Al Quran, berdzikir, berdoa, dan melaksanakan shalat malam.
- Amalan malam Nuzulul Quran selanjutnya adalah memperbanyak doa Nuzulul Quran yang berhubungan dengan keinginan atau doa-doa yang sudah ada dalam Al Quran. Hal ini penting, karena di malam Nuzulul Quran, Allah akan mengabulkan doa-doa permintaan umatnya.
- Memperbanyak shalat malam seperti sholat tahajud, juga menjadi salah satu amalan malam Nuzulul Quran. Sebelum melaksanakan shalat malam, umat muslim dianjurkan untuk tidur terlebih dahulu setelah shalat tarawih di masjid. Kemudian menjelang sahur ataupun tengah malam, bangun dari tidur untuk menunaikan shalat malam.
Nah, itulah amalan malam Nuzulul Quran yang dapat Anda tunaikan. Jangan lupa juga membaca doa malam Nuzulul Quran seperti telah dijelaskan di atas.
Bagaimana cara Nabi Muhammad SAW memperingati Nuzul Quran?
Penuturan sahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu tentang apa yang beliau lakukan.
كَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ . رواه البخاري
“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al Quran bersamanya.” (Riwayat Al Bukhari)
Kisah lengkap Rasulullah SAW menerima wahyu pertama
Kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk kali pertama tertulis dalam buku Fathul Baari-Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari (Jilid-1) Penerjemah Ghazirah Abdi Ummah di halaman 37.
Dalam buku itu diceritakan lengkap bagaimana situasi, dan kondisi Rasul Muhammad SAW menerima wahyu pertama.
“Dari Aisyah Umul Mukminin ia berkata, “Pertama turunnya wahyu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara mimpi yang benar waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik hendak mengasingkan diri ke gua Hira’. Di situ beliau beribadah beberapa malam tidak pulang ke rumah istrinya, untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya.
Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah untuk mengambil perbekalan secukupnya. Kemudian beliau kembali ke Gua Hira’, hingga suatu ketika datang kepadanya kebenaran atau Wahyu, yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira.
Malaikat datang kepadanya lalu berkata “Bacalah”, jawab Nabi “Aku tidak bisa membaca”, kata nabi selanjutnya menceritakan “Aku ditarik dan dipeluknya sehingga aku kepayahan kemudian aku dilepaskannya dan disuruhnya pula membaca”, “Bacalah”, jawabku “Aku tidak bisa membaca”, aku ditarik dan dipeluknya sampai aku kepayahan.
Kemudian aku dilepaskan dan disuruh membaca “Bacalah” katanya, aku jawab “Aku tidak bisa membaca”, aku ditarik dan dipeluk untuk ketiga kalinya, kemudian dilepaskan seraya berkata “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan, yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah! demi Tuhanmu yang Maha Mulia.
Setelah itu, Nabi pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid lalu berkata “Selimuti aku, selimutilah aku!” Siti Khadijah menyelimutinya hingga hilang Rasa takutnya.
Kata Nabi kepada Khadijah (setelah dikabarkan semua kejadian yang dialami itu), “Sesungguhnya aku cemas atas diriku (akan binasa)”.
Khadijah menjawab “Jangan takut demi Allah, Tuhan tidak akan membinasakan kamu. Kamu selalu menyambung tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran”.
Setelah itu Khodijah pergi bersama nabi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza yaitu anak paman Khadijah yang telah memeluk agama Nasrani pada masa jahiliyah itu. Ia pandai menulis buku dalam bahasa Ibrani.
Maka disalinlah kitab injil dari bahasa Ibrani seberapa dikehendaki Allah dapat disalin. Usianya telah lanjut dan matanya telah buta.
Khadijah berkata kepada Waraqah “Wahai anak pamanku! Dengarkan kabar dari anak saudara (Muhammad) ini”.
Kata Warraqah kepada Nabi “Wahai saudaraku apa yang telah terjadi atas dirimu?” Nabi menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Berkata Waralqah “Inilah Namus (malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Duhai semoga saya masih diberi kehidupan ketika kamu diusir kaummu,”
Nabi bertanya “Apakah mereka akan mengusir ku?” jawab Waraqah “Ya betul, belum ada seorangpun yang diberi Wahyu sepertimu tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih mendapati hari ini niscaya saya akan menolong Anda sekuat-kuatnya,”. Tidak Berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan Wahyu pun terputus untuk sementara”.
Proses penerimaan wahyu bukan perkara mudah, menurut Rasulullah.
Masih dari sumber yang sama, Aisya Ummul Mukminin RA, bahwa Harits Bin Hisyam RA pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Ya Rasulullah bagaimana caranya wahyu turun kepada Anda? Rasulullah menjawab, “Kadang – kadang wahyu itu datang kepadaku seperti bunyi lonceng.
Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti aku baru mengerti apa yang disampaikannya. Kadang-kadang malaikat menjelma seperti seorang laki-laki menyampaikan kepadaku dan aku mengerti apa yang disampaikannya,” Aisyah berkata, ” aku pernah melihat nabi ketika Turunnya wahyu kepadanya Pada suatu hari yang amat dingin setelah Wahyu itu berhenti turun kelihatan dari nabi bersimbah peluh.”